Gudeg Mercon |
Nenek dari tiga cucu ini, mengaku masih suka memasak sendiri gudeg ini di rumahnya di Jalan Jenggotan, Jetis, Yogyakarta. Proses memasaknya, kata dia, makan waktu empat jam dengan menggunakan tujuh kompor. Setelah semua matang dan siap dijual, semua dagangannya itu dibawa ke lapaknya dengan menggunakan becak. Ia sendiri pergi ke lapak dengan sepeda, ungkapnya.
Selama berjualan lebih dari dua puluh tahun, Ngatinah mengaku tidak pernah mengalami kendala dalam berjualan gudeg mercon, semisal ditertibkan. "Cuma kalau hujan, dagangan saya sepi," kata nenek tiga cucu yang sudah menetap di Yogyakarta sejak tahun 1984 ini. Tidak hanya berjualan gudeg di trotoar Jalan Kranggan, Tinah juga menerima pesanan. Dia juga mengatakan bahwa gudeg merconnya itu pernah dipesan untuk keperluan acara gereja, piknik, acara pernikahan, dan acara di hotel.
Bagi seorang Ngatinah dalam menjalankan usahanya, perempuan kelahiran Boyolali menjalankannya dengan penuh disiplin, tetap menjaga kebersihan dan mensyukuri apa yang telah dia jalani sekarang ini. Dengan berjualan gudeg mercon, Ngatinah bisa mendapatkan omset sekitar dua juta rupiah per hari. Pendapatan itu dia gunakan untuk modal dan kebutuhan sehari-hari. "Itu untuk modal lagi dan buat makan. Tapi, kalau dapat untung, ya, syukur. Yang penting bisa kasih uang jajan anak dan cucu," kata dia. (aanardian/kotajogja.com)
sumber : kotajogja.com
profil pelukis keluarga Khong Guana
ReplyDeletecontoh berternak kalkun sukses ala Joko